Kesehatan Mental dapat Terganggu Karena Kekerasan Seksual

hantengri.org – Kekerasan seksual merupakan permasalahan yang sangat serius dengan dampak yang luas terhadap individu, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut World Health Organization (WHO). Kekerasan seksual mencakup segala bentuk serangan atau pemaksaan seksual. Termasuk kekerasan verbal yang dapat berdampak traumatis. Baik perempuan maupun laki-laki rentan terhadap kekerasan seksual, meskipun perempuan umumnya lebih sering menjadi korban.

Baca juga: Skizofrenia: Simak Berbagai Ciri-cirinya!

Dampak dari kekerasan seksual sangat bervariasi, mulai dari trauma mental yang mendalam hingga dampak fisik yang serius. Individu yang menjadi korban kekerasan seksual dapat mengalami gangguan psikologis berat seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan, dan depresi. Secara fisik, mereka bisa mengalami cedera yang memerlukan perawatan medis dan berpotensi mengalami berbagai penyakit menular seksual. Selain itu, kekerasan seksual juga dapat mempengaruhi perilaku dan interaksi sosial korban. Mengganggu hubungan interpersonal dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Pentingnya pencegahan kekerasan seksual tidak bisa diabaikan, terutama dalam konteks pendidikan sejak dini. Penyuluhan tentang hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan penghargaan terhadap batas-batas pribadi harus dimulai sejak usia kanak-kanak. Keluarga, sekolah, dan masyarakat secara luas perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua individu. Pencegahan tidak hanya mencakup upaya mengajarkan penghormatan terhadap batas pribadi. Tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk menolak budaya kekerasan dan mendukung para korban dengan akses terhadap layanan medis dan psikososial yang tepat.

Berikut Saran Penting dari IDAI dalam Upaya Pencegahan Pertama

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil orang tua dan masyarakat sekitar, antara lain:

  1. Pendidikan Seksual: Penting bagi orang tua untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka untuk memberikan pendidikan seksual yang tepat. Hal ini mencakup mengajarkan anatomi tubuh dengan nama-nama yang tepat sejak usia dini, bukan hanya inisialnya.
  2. Mengajarkan Anak untuk Mengatakan Tidak: Anak-anak perlu diajarkan untuk berani menolak permintaan dari orang asing yang mencurigakan. Seperti meminta untuk membuka pakaian atau menyentuh bagian tubuh yang tidak pantas.
  3. Menciptakan Lingkungan Aman dan Dukungan: Orang tua harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih agar anak-anak merasa aman dan percaya diri. Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak juga sangat penting untuk mendorong anak-anak membicarakan segala kekhawatiran atau masalah yang mereka alami, termasuk jika mereka mengalami pelecehan seksual.
  4. Menetapkan Batasan Seksual yang Sehat: Penting untuk mendapatkan persetujuan dari anak terlebih dahulu dalam situasi yang berkaitan dengan privasi dan batasan-batasan seksual.
  5. Mendorong Kesadaran akan Situasi Tidak Aman: Ajarkan anak-anak untuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang tidak aman serta mengajarkan mereka untuk tidak ragu untuk meminta bantuan jika mereka merasa dalam bahaya.
  6. Peran Lintas Sektor: Pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menangani kasus kekerasan seksual. Termasuk pendidikan kepada masyarakat luas dan penguatan kebijakan perlindungan anak.

Langkah-langkah ini merupakan upaya preventif yang dapat membantu melindungi anak-anak dari risiko tersebut dan membantu mereka membangun kesadaran akan hak-hak mereka terhadap tubuh mereka sendiri.